Tag Archives: penerbit

Sebuah Kisah di Pameran Buku Big Bad Wolf Surabaya


“Waduh.” Ini adalah kata yang pertama kali terlontar.  Saya sedang membaca koran dan mendapatkan info tentang pameran Big Bad Wolf di Surabaya. Saya berseru “waduh” bukan karena tidak suka. Tetapi pameran ini diselenggarakan saat kantong saya kosong.  He…he..he. Maklum, beberapa bulan terakhir banyak sekali pengeluaran tak terduga.

Saya menimbang-nimbang untuk datang ke pameran itu atau tidak. Jika datang, alamat saya kalap membeli buku. But…jika tidak, kok sayang banget. Tidak setiap hari ada pameran sekelas ini.

Akhirnya saya memutuskan datang. Saya membuat daftar buku-buku macam apa yang saya akan beli. Setelah daftar selesai saya bergegas datang ke pameran. Saya agak shock melihat begitu banyak orang membawa troli. Isinya bukan satu atau dua buku. Hampir satu troli penuh.

Saya sendiri menghitung buku-buku yang saya beli. Nilainya sudah ratusan ribu. Lantas bagaimana total pengeluaran orang-orang bertroli dengan isi segunung itu? Pastilah jutaan.

Ada dua yang saya rasakan. Pertama, beginilah jika nafsu besar tenaga kurang, kedua, saya gembira dengan apresiasi masyarakat membeli buku (dan semoga mereka juga membacanya). Ketiga dengan minat masyarat yang begitu tinggi, ada kemungkinan korelasi dengan tingkat intelektualitas.  Gaya hidup tidak selalu harus ber-gadget. Berinternet. Tetapi juga kegiatan relaksasi otak menyenangkan dengan buku.

Sambil melihat-lihat buku, saya menajamkan telinga. Saya ingin mendengar celoteh orang-orang tentang peristiwa ini. Kadang-kadang saya mendengarkan ujaran lucu

“Kok bahasa inggris semua?”

“Ada kok yang indonesia, dikit tapi.”

Seorang cewek cantik berpakaian SMA melintas di depan saya. Ia cekikan dengan temannya.

“Aku pernah membaca buku ginian. Sampai sekarang enggak habis-habis bacanya.”

“Lho, kenapa?”

“Bahasa inggris-nya sulit.”

Apapun komentar mereka, kesediaan orang-orang datang di pameran buku menyiratkan keinginan mereka akan buku. Tak perduli hanya sekedar jalan-jalan, cari jodoh kek, ataupun sekedar pengin-tahu. Setidak-tidaknya ada bau-bau buku di pikiran mereka.

Terlalu banyak buku yang ingin saya beli. Dompet saya sekarang juga agak mengilap karena sering saya elus-elus. Beli, enggak. Beli, enggak. Akhirnya menambah setengah dari catatan semula.

Semoga saja pameran sekelas ini tidak hanya setahun sekali karena membaca buku-buku terbitan luar negeri juga dapat menambah wawasan.  Mengetahui pikiran-pikiran orang dapat menambah kaya-nya metode-metode pengambilan keputusan. Syukur-syukur menjadikan kita “enggak demen banget” dengan hoax.